Oleh : m.kharis majid / P.A /4
Assalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barokatuhu.
Pada kesempatan yang sangat berbahagia ini, saya ingin menyampaikan
pidato saya yang berjudul ‘ikhlas dalam menghadapi musibah’’.
Dalam
kehidupan sehari-hari kita sering dihadapkan dengan berbagai macam permasalahan
hidup, masalah-masalah tersebut sebenarnya adalah ujian dari Allah SWT untuk kita semua, tinggal
bagaimana kita menghadapinya, dengan masalah-masalah tersebut manusia bisa
beruntung, lulus dalam ujian dan ada pula yang terhina dengan permasalahan tersebut karena kurang bisa menghadapi masalahannya. Hendaknya dengan hal-hal
tersebut kita bisa menghadapinya dengan ikhlas dan sabar dalam menghadapi
berbagai macam ujian dari Allah SWT.
Allah
SWT berfirman dalam Surat Al-Bayyinah Ayat : 5 :
وَ
مَآ اُمِرُوْآ اِلَّا لِيَعْبُدُوْا اللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ , حُنَفَآءَ
وَيُقِيْمُوْا الصَّلَوةَ وَ يُؤْتُوْا الزَّكَوةَ وَذلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمَةِ.
Artinya
: Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya
semata-mata karena ( menjalankan ) agama, dan juga agar melaksanakan sholat dan
menunaikan zakat ; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar).
Ada hikmah yang diambil dari sebuah kisah,
pada suatu hari hiduplah sepasang suami istri yang hidup dalam ekonomi yang
kurang membaik, pada suatu saat istrinya sakit keras, tetapi apa daya tangan
tak sampai untuk biasa memberi pengobatan yang baik, suatu saat sang istri
menginginkan sabuah apel dalam proses penyembuhannya, istilahnya Nyidam
Apel’’ dalam bahasa jawanya. Akhirnya hanya dengan uang pas-pasan untuk
membeli sebuah apel tersebut, berangkatlah bapak ini kepasar untuk mendapatka
sebuah apel, dibelinya apel tersebut, akan tetapi dalam perjalanan pulangnya
setelah dari pasar dia mendapati seorang pengemis tua yang meminta-minta dengan
mengatakan bahwasanya dia belum makan selama dua hari, dengan rasa iba dan
ikhlas kepada pengemis itu orang tersebut perpikiran untuk memberikan apel
tersebut, akan tetapi setan selalu menggoda manusia dalam perbuatan baik, setan membisikkan kebenaknya, ‘’bahwasanya istrinya
juga sangat membutuhkannya dan dalam keadaannya yang tidak baik.’’ Akan tetapi
orang tersebut dalam hati kecilnya ingin bersodaqah kepada pengemis tersebut,
dengan kecerdasannya orang tersebut membelah apel tersebut menjadi dua, untuk
diberikan kepada pengemis tersebut dan satu lagi untuk istrinya, dengan
bermodalkan keikhlasan dan bertawakal kepada Allah SWT.
Akhirnya
pulanglah lelaki tersebut dengan perasaan takut akan mengecewakan istrinya,
sesampainya di rumah dijelaskan apa yang terjadi kepada istrinya apa adanya, akan
tetapi pasangan suami istri tersebut memiliki semboyan dalam hidupnya untuk
Sabar dan Ikhlas, akhirnya sang istri pun menerima apa adanya dengan lapang
dada.
Keesokan
harinya datanglah seorang yang tidak dikenal dengan membawakan sekarung apel
untuk mereka. Dan kemudian dengan kekuasaan Allah sang istri tersebut diberikan
kesembuhan total setelah peristiwa itu, dan sang suami diberikan rizki yang
terus berkembang sehingga mereka hidup serba kecukupan.
Dari
cerita diatas kita dapat mengambil hikmah
yang sebesar-besarnya , dimana dalam kehidupan kita di dunia ini adalah
sebuah ujian yang hasil akhirnya adalah nanti di akherat, bagaimana kita harus
menghadapi segala ujian tersebut dengan sabar dan ikhlas dengan menyadarkan
diri bahwasanya kita hidup di dunia ini, dan apa yang kita kerjakan di dunia ini adalah hanya untuk Allah semata.
Seperti
dalam firman Allah SWT dalam surat Adz-ariyat ayat : 56. :
وَ
مَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَ الْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ .
Artinya : Aku (Allah ) tidak menciptakan
jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.
Jadi kita harus sadar bahwasanya
kehidupan di dunia ini hanyalah sementara, maka ketika menghadapi berbagai
macam masalah janganlah sekali-kali beranggapan begitu rumitnya dalam
kehidupan, sebenarnya tidak begitu rumit dalam menjalani kehidupan, hanya
manusia itu sendiri yang membikin kehidupan menjadi rumit sehingga tidak sadar
bahwasanya segala pekerjaan itu hanya untuk Allah. Banyak fenomena yang terjadi
pada orang-orang yang terlena akan memikirkan suatu pekerjaan dengan berat,
susah, dan rumit sehingga dalam era kita ini, tidak jarang orang yang meninggal
karena penyakit yang timbul dari pikiran yang menumpuk, bahkan ada juga yang
sampai bunuh diri karena tidak kuat menaggung beban masalah didunia ini, karena
hanya memikirkan kehidupan duniawi saja tanpa memikirkan arti atau makna hidup
di dunia ini. Naudzubillahi min dzalik. Maka wajiblah bagi kita untuk
bersyukur atas limpahan taufik serta hidayah dari Allah SWT sehingga kita
diberi kesadaran akan arti dan makna dari kehidupan. Alhamdulillahi rabbil
alamin.
Begitulah apa sebenarnya yang ada
bahwa kita sebagai manusia hidup dimuka bumi ini hanya untuk Allah , Lillahi
Ta’ala, tidak berorientasikan kepada yang lain seperti untuk kenaikan
pangkat, mendapatkan pujian, di segani dan lain sebagainya dalam nafsu duniawi,
Naudzubillahi min dzalik.
Dalam hal ini, nilai yang paling penting
yang dapat kita ambil adalah kita harus sadar bahwasanya untuk apa kita hidup
di dunia ini, untuk Akhirat kah apa hanya untuk sekedar mendapatkan kenikmatan
duniawi. Dengan kita sadar bahwasanya untuk apa kita hidup di dunia ini maka
kita akan bisa hidup dengan segala rasa
keikhlasan , kesabaran dan ketakwaan kepada Allah SWT. Amin, ya robbal
‘alamin.
Demikianlah pidato yang dapat saya sampaikan dalam kesempatan yang
sangat berbahagia ini, mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua, dan
bahwasanya kebaikan yang datang hanyalah dari Allah SWT, sedangkan beberapa
kesalahan yang ada, datangnya dari diri saya sendiri.
Usikum wa iyaya nafsi bitaqwaallah, wallahu muwaffiq ila aqwaamit
thoriq, wa akhiron aquulu lakum.
Wassalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barokatuhu.
Nama : M. Kharis
Majid
Nim :
31.2.1.8666
Fak/Jur/Smstr : Ushuluddin/
Perbandingan Agama/4
0 komentar:
Posting Komentar