7 WASIAT
RASULULLAH
oleh Fuad Noor Zeha / af 4
·
Wasiat pertama adalah mencintai orang miskin:
Islam
mengajarkan agar menjadi muslim yang selalu merendahkan diri dihadapan saudara
muslim yang lain, terutama yang dilakukan pada orang kaya terhadap orang
miskin, jika si miskin akan meminta pertolongan ataulah bantuan hendaknya
selalu membantunya, bagaimana yang di contohkan oleh nabi dan para
sahabat-sahabatnya kepada kita semua, salah satu contoh dari sahabat beliau
yang sangatlah dermawan yaitu ustman bin affan yang selalu membantu fakir
miskin, beliau sangatlah banyak harta tetapi beliau sangat peduli dengan fakir
miskin sampai-sampai memisahkan harta pribadi dengan harta umat dengan adanya
baitul mal.
Cintailah dah sayangilah orang miskin karena
hidup mereka tidak hanya cukup jika di perhatikan dan di abaikan, mereka yang
menyayangi fuqoro’ serta selalu
mendirikan sholat, dan taat kepada Allah maka mereka akan dibela oleh Allah di
dunia maupun di akhirat.
Seperti
yang di sabdakan rasulullah:
“barang
siapa yang menghilangkan satu kesusahan dunia dari seorang muslim, maka Allah
akan menghilangkan satu kesusahan pada hari kiamat, dan barang siapa yang
memudahkan seseorang yang dililit hutang maka Allah akan memudahkanya di dunia
dan diakhirat”
(Riwayat
muslim)
Jadi
dengan kelebihan dan kekuranganpun yang kita punya marilah kita biasakan untuk
salang menolong kepada orang yang membutuhkan terutama kepada fuqoro’
·
Wasiat kedua adalah melihat orang yang lebih rendah
kedudukanya dalam hal meteri dunia:
Rasulullah
berkata bahwa seorang muslim haruslah melihat orang–orang yang berada di bawah
kita dalam segi hal materi kedunian dan mata pencaharian, tujuan semua tersebut
adalah kita biar lebih bersyukur pada apa yang di berikan Allah pada kita
walaupun itu kadang berbeda yang diberikan pada setiap masing-masing manusia,
tetap qona’ah dan tidak serakah, iri pada kenikmatan orang lain, kerena apa???
yang diberikan Allah pada setiap makhluknya berbeda, menurut kadar dan takaran
masing- masing. Sebagai contoh ada suatu toko yang sangat besar dan menjual
barang-barang yang mahal, dengan toko kecil yang berada di pinggir jalan yang
hanya menjual makanan-makanan kecil, maka dalam segi penjualan dan perdagangan
mereka sekilas sama tapi apa yang di berikan Allah berbeda dalam penghasilan
harianya,bulananya bahkan tahunan, yang toko besar akan lebih maju dan
berkembang jika bisa mensyukurinya, dan toko kecil akan terasa besar jika
mereka mensyukuri, toko besar akan merasa kecil jika tidak ada rasa syukur.
Karena apa yang sudah diberikan oleh Allah sudah menurut apa kadar dan
kemampuan.
Jadi
setiap muslim harus menyukuri apa yang sudah di berikan pada individual masing
–masing karena Allah telah memberikan takaran yang adil pada setiap makhluknya.
Sebaliknya
dalam masalah agama, ibadah, dan ketakwaan, seharusnya kita melihat orang-
orang yang diatas kita yaitu nabi, para sahabat, para ulama, dan salafus sholih
·
Wasiat ketiga adalah menyambung silaturahmi pada
para kerabat:
Silaturahmi
adalah satu ungkapan mengenai berbuat baik dangan karib kerabat karena hubungan
nasab (keturunan) atau lewat perkawinan, pada orang tua, kakek, nenek, kakak,
adik, paman dan yang masih memiliki hubungan kerabat baik yang kuat ataupun
lemah maka di anjurkan untuk saling tolong menolong, dalam kesusahan maupun
dalam kebaikan. Berbuat baik lemah lembut kepada mereka.
Dalam Silaturahim Allah memberikan beberapa
manfaat, misalnya menjalankan perintah Allah dan rasulnya, dengan demikian akan
membantu dalam membantu untuk mengetahui keadaan masing - masing. Silaturahmi
akan memberikan kelapangan bagi yang menjalankannya riski dan umur yang panjang.
Dan sebaliknya jika yang mengabaikan akan pentingnya silaturahim Allah akan
mempersempit riskinya dan tidak memberkahi jalan umurnya.
Rasulullah
bersabda:
“barang
siapa yang beriman pada Allah dan pada hari akhir, hendaknya mereka menjalin
silaturahim” riwayat bukhori
·
Wasiat keempat: memperbanyak membaca lahaula walaa
quwaata ilaabillah
Rasulullah memerintahkan memperbanyak
mengucapkan kalimat laahaullaawalaa quata ilaabilah agar kita senantiasa
dijauhkan dari segala perasaan ketidak mampuan, ketakutan, keputus asaan dalam
menghadapai segala permasalahan, dengan kita serahkan semua urusan kita kepada
Allah, maka semua urusan akan lebih mudah dikerjakan. Makna kalimat ini adalah
tawakal kepadanya, hanya kepada Allahlah kita menyembah dan kepada Allahlah
kita meminta pertolongan dan perlindungan, pada hakikatnya seorang hamba
tidaklah memiliki daya dan upaya apapun kecuali pertolongan Allah, seorang murid tidaklah mampu mendapatkan ilmu
secara sendiri tanpa bantuan seorang guru, dan gurupun mendapatkan ilmu dengan
ridho Allah sehingga guru tersebut memperoleh ilmu yang bisa diajarkan oleh
muridnya.
Semua
kegiatan seorang muslim semata-mata hanyalah pertolongan Allah, daya dan upaya
tidaklah dimiliki apabila Allah tidak mengendakinya
·
Wasiat kelima: berani mengatakan kebenaran walaupun
itu pahit
Kebanyakan
dari kita memang selalu mengorbankan kejujuran dengan kebohongan untuk
mendapatkan simpati oleh orang ataupun, perhatian. Pahitnya kebenaran tidak
boleh mencegah kita tidak mengucapkanya, jeleknya ataupun hinanya sesuatu yang
dianggap benar janganlah dapat menutupi kita dalam berkata, baik untuk diri sendiri
atau untuk kepentingan orang lain, apabila sesuatu itu sedah jelas mana yang
haram dan mana yang halal, maka katakan seadanya walaupun itu sangatlah tidak
mengenakkan, dan sesuatu yang syirik, haram, batil, mungkar, maka kita
janganlah sampai takut untuk mengatakakannya.
Sesungguhnya
jidad yang paling utama adalah jihad untuk mengatakan yang haq, mengatakan
kalimat kebenaran, kepada pemimpin yang dholim misalnya, bukan dengan cara mengumbar aib ataupun
mengolok-olok, tidak dengan aksi orasi, demontrasi dan provokasi.
“barang
siapa yang ingin menasehati penguasa janganlah ia tampakkan dengan
terang-terangan, hendaklah memegang tanganya dan menyendiri denganya, kalau
penguasa itu mendengar nasehat itu, maka itu yang terbaik, dan apabila penguasa
itu enggan maka ia sungguh telah melaksanakan kewajiban amanah yang telah
dibebankan kepadanya.” Riwayat ahmad
·
Wasiat keenam: tidak takut terhadap celaan dalam
berdakwah
Betapa
beratnya dakwah yang dialami rasulullah dan para sahabat-sahabatnya, mereka harus
menderita dengan celaan, ejekan hinaan, fitnah boikot, juga pengejaran lemparan
kotoran, dimusuhi dan di terror, di bunuh.
Manusia
yang sakit hatinya terkadang tidak mau mendengarkan penjelasan dari da’wah,
maka para pendakwah harus sabar dalam penyampaian dakwahnya dengan ilmu dan
hikmah, jika da’I mendapatkan cercaan ataupun hina’an maka tidaklah seharusnya
da’I tersebut mundur, maka penyeru kebenaran, penyeru tauhid tidaklah menyerah hanya
dengan cercaan yang sifatnya sementara.
“(yaitu)
orang-orang yang menyampaikan risalah – risalah Allah, mereka takut kepadanya
dan tidak merasa takut kepada siapapun selain Allah, cukuplah Allah sebagai
pembuat perhitungan”
Al-Ahzab(33):39
·
Wasiat ketujuh: tidak suka meminta –minta sesuatu
kepada orang lain
Orang
yang dicintai Allah, rasul dan manusia adalah mereka yang tidak meminta-minta.
Seorang muslim seharusnya berusaha makan dari hasil jerih payah tangan sendiri,
seorang muslim harus memenuhi hajat hidupnya sendiri dan tidak boleh selalu
mengharapkan belas kasih orang lain.
“sungguh
seseorang dari kalian mengambil tali lalu menbawa seikat kayu bakar pada di
punggungnya kemudian ia menjualnya sehingga dengan itu Allah menjaga
kehormatanya. Itu lebih baik baginya dari pada meminta-minta kepada manusia.
Mereka bisa memberi atau tidak member ”
riwayat bukhori
Dalam
apa yang sudah diwasiatkan oleh rasul kepada kita senantiasa kita menjaga
wasiat tersebut karena dengan wasiat yang di berikan rasul kepada kita tadi
akan menuntun kita kepada jalan yang lebih baik dan hidup yang lebih baik,
memang tidak lah mudah contohnya wasiat yang menyuruh kita berkata apa adanya
walaupun itu pahit, sedangkan dia ingin mendapatkan sesuatu yang dia kehendaki,
tapi alangkah baiknya katakana sesuatu yang begitu pahit tapi itu benar lebih
baik dari pada kita tidak mengatakan yang sebenarnya.
0 komentar:
Posting Komentar