Selamat datang disitus online senat mahasiswa Fakultas Ushuluddin ISID Demangan Siman Ponorogo

Senin, 02 Juli 2012

Wal 'Asri

oleh: Abdullah Muslich Rizal Maulana*

Wal’ asri.

Demi waktu.

Kalimat yang menjadi pembuka ini sungguhlah ringan, namun sangat tajam dan sarat  dengan sekian arti. Allah tidak sembarangan memilih kalimat waktu  sebagai awal dari sebuah surat-Nya. Sebuah komponen yang merupakan bagian dari kitab suci yang membedakan antara Haq dan Batil, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang mau mempelajarinya. Singkatnya, Al-Qur'an sangat istimewa dan yang berada di dalamnya adalah segala macam yang istimewa.

Maka setelah itu muncul pertanyaan; Ada apa dengan waktu? Apa yang membuatnya mampu berada dalam sebuah eksistensi yang istimewa ini?

Imam al-Ghazali pernah berkata, sesuatu yang paling jauh adalah MASA LALU.  Bagaimanapun kita, apapun kendaraan kita, tetap kita tidak bisa kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari  yang  akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama.”

Waktu teramat urgen dalam sebuah esensitas kehidupan. Segala macam kehidupan teratur, terjadwal dalam sebuah rencana perincian karena adanya waktu. Peredaran dan sirkulasi perputaran kehidupan manusia pun terkekang dalam waktu. Bahkan dalam kehidupan duniawai pun waktu selalu menjadi standar. Orang yang rajin dan malas dapt dibedakan antara yang sering terlambat atau tidak dalam perkerjaannya. Etos seseorang yang belum dapat berpegang teguh pada komitmen waktunya pun dipertanyakan. 

Maka waktu, dalam aspek ukhrawi maupun duniawi sangatlah berkaitan. Sedikit saja kita terlambat datang ke kantor, atasan akan berpandangan negatif, bekerja tidak nyaman, hasil tidak maksimal, dan akhirnya pendapatan pun tidak sesuai dengan yang diinginkan. Ketika muda hobinya senang-senang, ketika mau wafat, bingung bagaimana cara menambah kebaikan. Tatkala nafas terakhir ingin tercabut, barulah dia menyesal. Dan sebagainya, dan sebagainya, kejadian itu hanyalah rekaman drama yang selalu diputar ulang dan seakan-akan menjadi pemandangan biasa dalam hidup kita. Padahal nyatanya, tidak.

Seringkali kita tertipu oleh waktu, padahal seyogyanya waktu itu tidak mampu berpikir untuk sekedar melahirkan ide iseng. Seringkali kita terbengkalai oleh waktu, padahal nyatanya waktu tidak punya lisan untuk membujuk. Seringkali kita lalai oleh waktu, padahal waktu tidak pernah mampu bergerak. Lantas kenapa kita sering tertipu, lalai, dan terbengkalai oleh waktu?

Komitmen pada pribadi merupakan kunci. Kalimat Imam Ghazali hanya sekedar contoh, yang secara tidak langsung mengatakan ‘toh manusia pasti akan menyesal, lantas apa yang harus dilakukan?’

Maka lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali. Di umur kita yang sekarang 40, 50, 60, bahkan 70 tahun sekalipun merupakan waktu yang masih direzekikan Allah kepada kita manusia untuk berbuat sebaik-baiknya. Prestasi kehidupan selaras pula dengan amal kebajikan. Kerjakan tepat waktu tanpa harus ada penundaan, selesaikan semuanya dengan berpegang teguh pada komitmen. Bukankah motivasi terbesar itu adalah pribadi sendiri?

Allah dengan sangat luar biasa membahas waktu sebagai salah sebuah wahyu-Nya. Allah sudah cukup berbicara lewat Al-Qur’an, tinggal sekarang sebuah pertanyaan yang tersisa itu; ‘bagaimana manusia lebih banyak mendengar?’

Pribadi adalah motivasi terbesar, komitmen diri adalah ikatan tertinggi. Semoga setelah ini kita bisa menjadi pribadi yang mampu berkomitmen dalam mengamalkan makna tertinggi dari  Wal’ asri.  Aamiin, Alllahumma Aamiin.

*Penulis adalah mahasiswa fakultas Ushululddin program studi Akidah Filsafat IV Institut Studi Islam Darussalam-Gontor


0 komentar:

Posting Komentar