Selamat datang disitus online senat mahasiswa Fakultas Ushuluddin ISID Demangan Siman Ponorogo

Selasa, 01 Mei 2012

Laporan Senat Ushuluddin dalam Rangka Kunjungn ke Klenteng An Kiong


KLENTENG ENG AN KIONG
Jln, laks. Martadinata 1, ( 0341) 326716, No Kontak: Bapak Rudi (081615620299), fax (0341) 352232.

            Klenteng sebagai tempat peribadahan kaum konghucu ternyata menganut paham monotoisme( mengakuiadanyaTuhansatu) Klentengsen diri ternyata bukan dari bahasa tiongkok, tempat pusat keagamaan mereka, tapi dari bahasa jawa. Masyarakat menyebutnya klenteng tidak lain karena pukulan lonceng yang sering diloncengkan oleh pendeta di waktu – waktu tertentu. Mereka menerangkan bahwasanya loncengan tersebut untuk membuka 36 pintulangitdan 72 pintu bumi.klenteng di Indonesia sudah dibangun sejak 187 tahun yang lalu. 
Desain kuil mewakilkan nirwana kedewaan, yang menjadi simbol yang tempat para dewa tinggal dibagian depan terdapat meja berisi sesajen yang terdiri atas makanan dan buah-buahan sebagai simbol pemujaan, dan kepadaTuhan yang maha Esa, susunan sesajen dan persembahan juga merupakan pelestarian adat zaman dahulu. Diantara sesajen itu sebagaimana terdapat banyak di kuil-kuil dan klentang di Indonesia, terdapat kuewajik yang cita rasa lengketnya mewakilkan persaudaraan yang erat, sesajan-sesajen ini bukanlah untuk mewakilkan Tuhan, namun karenaTuhan tidak tergambarkan dan tidak teridentifikasi oleh panca indera kita.
Di dalam klenteng juga terdapat pilar-pilar yang  didesain berukiran naga, sebagaimana di halaman klenteng, terdapat pula sepasang patung singa. Pilar-pilar yang berpasangan ini melambangkan laki-laki dan perempuan (maskulindanfeminis).Yakni manusia diciptakan di dunia selalu berpasang-pasangan.
Sejarah peribadatan di lenteng
Pada tahun 2500 SM, raja tiongkok yang bernama Kwang Tie melaksanakan ibadah di atas bukit dengan menyalakan api, sedangkan rakyatnya mengikuti di kaki bukit,yang dalam sejarah selanjutnya api diwakili oleh lilin dan dupa yang lilin keduanya menjadi simbol ego atas Kwang Tie dalam berdoa dalam segi filosofisnya, bolehlah kita berdoa memilih antara menjadi lilin dan dupa. Lilin yang membakar dirinya namun menerangi sekitarnya atau menjadi dupa yang habis terbakar namunmeniggalkan wangi setelahnya.

0 komentar:

Posting Komentar