Selamat datang disitus online senat mahasiswa Fakultas Ushuluddin ISID Demangan Siman Ponorogo

Selasa, 01 Mei 2012

Laporan Senat Ushuluddin dalam Rangka Kunjungan ke YAYASAN PENDIDIKAN DAN SOSIAL BHUVANA KERTHA


YAYASAN PENDIDIKAN DAN SOSIAL BHUVANA KERTHA
Areal TNI AU-Singosari-Malang, Telp. 451223

Definisi Pura, Pembagian serta Fungsinya
Areal Pura dibagi 3: 1) Nista Mandala: bagian luar, 2) Madya Mandala: bagian tengah, merupakan tempat parumahan ummat (wantilan/ pendopo), 3) Utama Mandala: tempat persembahyangan.
Nista Mandala,  adalah bagian pertama dari ketiga bagian. Di depan pura pun dipasang sesajian yang terdiri dari Api, bunga, buah, dan air. Api dalam dupa yang terbakar mewakili guru yang menyaksikan peribadatan yang abadi. Sebgai penterjemahan dari matahari yang senantiasai menerangi alam. Dupa juga dengan asapnya mewakili perjalanan doa menuju Syang Hyang Widhi, dikatak bahwa dupa turut membawa doa kita menuju keharibaanNya. Bunga, sebagai contoh ketika melakukan pendekatan dengan Tuhan jiwa harus wangi seperti bung., Buah, hendaklah kita berbuah manis dalam masyarakat, dan perbuatan manis itu sebagai hasil dari pencerahan oleh Yang Maha Kuasa. Air, atau nunas tirta, sebgai sumber khidupan.  Para penganut Hindu juga biasa menaruh eras pada kening; untuk simbol mendapatkan suatu kehidupan baru.
Pintu gapura dibuat sempit. filosofisnya: manusia itu tidak usah saling berdesak-desakkan, harus sendiri-sendiri guna mencapai kesucian hati. Kata “Pura”, diambil dari kata puri, yang berarti suci.. Memasuki areal pura pun harus di cipratin air suci dulu karena ditakutkan ada unsur negatif, agar unsur negatif tersebut menjadi netral, dan harus memakai selendang.dan baju peribadatan. Baju berwarna putih mewakilkan Purusa (Ayah), Senteng (Ikat Kepala) berwarna kuning mewakilkan Perdana (Ibu). Baju dan senteng haruslah dipakai sebagai tanda tatkala memasuki aeal pura, pikiran dan jiwa sudah terikat dan fokus kepada Syang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa 
Setelah memasuki bagian kedua yakni Madya Mandala, maka syarat masuk madya mandala harus sudah menata religius (mendapatkan ketenangan), tidak untuk mencari huru-hara atau kesenangan duniawi. Di dalam areal ketiga ini ter4dapat inti dari semua produktivitas dan kegiatan di pura. Ada Dapur Suci sebagai pensuplai logistik kegiatan pura, Balai Kulkul sebagai pusat kegiatan di pura, dan Kentongan yang dipasang di balai sebagai pengingat masyarakat akjan sebuah kjejadian atau kegiatan yang bertlangsung di Pura tatkala itu.
Selanjutnya untuk memasuki daerah ketiga, yakni Utama Mandala. Adalah wilayah yang paling suci. Di sana dilaksanakan setiap pagi peribadatan yang dilakukan seorang pendeta menghadap arah matahari terbit. Suasana sunyi, jauh dari hiruk pikuk dan merupakan kawasan terdalam yang mewakilkan kawasan terkedat dengan Syang Hyang Widhi Wasa.
Teoridan Konsep Dasar Hinduisme
1.      Di areal pura, patung Batoro Kolo sangat ditonjolkan, karena disana ada satu pesan, yakni  dahulu Batoro Kolo dinamakan waktu, dan setiap saat kita bisa dikuasai dan dimakan oleh waktu atau Batoro Kolo, maka dengan adanya patung tersebut mengingatkan kita agar tidak dikuasai oleh Sang Waktu.




2.      Wanita kalau dalam masa menstruasi, orang kalau habis ditinggal anggota keluarganya meninggal dunia, dan orang yang habis melahirkan dilarang masuk kedalam pura selama 3 hari bahkan 3 bulan, mereka disebut sebagai Cintaka: masih kotor, masih berduka.
3.      Konsep ketuhanan dalam agama budha dibagi menjadi 3: 1) Syiwa: mengambil suatu bentuk/manifestasi, contoh: gunung, 2) Parada Syiwa: orang yang sudah meningkatkan pelajaran dan menggunakan sarana yang bernilai filosofis, 3) Parama Syiwa: tidak menggunakan sarana apa-apa kecuali dengan ketulusan.
4.      3 “Sifat Ketuhanan” yang dimiliki oleh Synag Hyang Widhi Wasa: Syiwa: Kekuatan Tuhan dalam Menghancurkan, Brahma: kekuatan Tuhan dalam mencipta, Wisnu:  Kekuatan Tuhan dalam memelihara.
5.      Catur Asrama(4 Masa Pendidikan): 1) Masa Brahmacari: masa  mencari pengetahuan sebanyak-banyaknya, 2) Masa Grehasta: masa berumah tangga, 3) Masa Wanaprasta: Tidak boleh ikut menafkai anak cucunya (Memasuki wilayah kesendirian), 4) Masa Biksuka: Sudah harus diam dan merenung terus guna mencapaipencerahan.
6.      Dalam agama Hindu, terdapatistilahPadma Sana.YakniPadma Sana arah persembahyangan (kiblat orang hindu ke Timur), Padma: teratai, Sana: tempat duduk.Orang yang bertugas untuk berdoa di sana setiap paginya disebut dengan Pinandita, yakni dalam doanya sudah menyangkut kesejahteraan ummat Hindu. Diatidak boleh berdo’a untuk dirinya sendiri, tapi harus berdo’a untuk seluruh ummat manusia.Dalam ritual ini, biasa diiringi dengan dentingan lonceng agar jalannnya peribadatan bias lebih khusyuk.
Sekilas Tentang Hari Raya Nyepi
Tilem Kasange: Hari raya nyepi. Adalah hari yang bertepatan pada tanggal 1 di awal Tahun baru Saka. Di mana 3 hari menjelang nyepi masyarakat harus melakukan melasti ke laut atau danau, kemudian disana mengambil air guna mensucikan, setelah melasti kemudian ngrupuk (macaru bumi/dalam kurun 1 saka/tahun bumi diolah dengan beraneka ragam kemudian dicarukan biar ternetralisir). Kegiatan ini juga disebut dengan Macaru, gunanya agar bumi jadi netral, ada ketenangan, dan ada kehidupan baru.
Kegiatan yang juga terlaksana di waktu hari raya Nyepi adalah Catur Brata (Pengekangan Diri): 1) Amati Geni: Tidak menyalakan api sama sekali, 2) Amati Karya: tidak boleh melakukan kegiatan yang bersifat material, 3) Amati Lelungan: tidak boleh pergi kemana-mana, 4) Amati Lelanguan: tidak mencari hiburan apapun. Semuanya itu intinya untuk perenungan dalam satu hari penuh di hari raya Nyepi.
Pada malam harinya setelah usai dilaksanakan Catur Brata,  diaraklah ogoh-ogoh, macam kesenian bambu yang mewakilkan kejahatan dan angkara murka di muka bumi. Di arak-arak dan di angkut keliling kota, lantas dibakar esok paginya sebagai symbol bahwa masyarakat Hindu telah berhasil mengusir angkara murka dan kejahatan dari diri mereka, bumi, dan seisinya.





KLENTENG ENG AN KIONG
Jln, laks. Martadinata 1, ( 0341) 326716, No Kontak: Bapak Rudi (081615620299), fax (0341) 352232.

            Klenteng sebagai tempat peribadahan kaum konghucu ternyata menganut paham monotoisme( mengakuiadanyaTuhansatu) Klentengsen diri ternyata bukan dari bahasa tiongkok, tempat pusat keagamaan mereka, tapi dari bahasa jawa. Masyarakat menyebutnya klenteng tidak lain karena pukulan lonceng yang sering diloncengkan oleh pendeta di waktu – waktu tertentu. Mereka menerangkan bahwasanya loncengan tersebut untuk membuka 36 pintulangitdan 72 pintu bumi.klenteng di Indonesia sudah dibangun sejak 187 tahun yang lalu. 
Desain kuil mewakilkan nirwana kedewaan, yang menjadi simbol yang tempat para dewa tinggal dibagian depan terdapat meja berisi sesajen yang terdiri atas makanan dan buah-buahan sebagai simbol pemujaan, dan kepadaTuhan yang maha Esa, susunan sesajen dan persembahan juga merupakan pelestarian adat zaman dahulu. Diantara sesajen itu sebagaimana terdapat banyak di kuil-kuil dan klentang di Indonesia, terdapat kuewajik yang cita rasa lengketnya mewakilkan persaudaraan yang erat, sesajan-sesajen ini bukanlah untuk mewakilkan Tuhan, namun karenaTuhan tidak tergambarkan dan tidak teridentifikasi oleh panca indera kita.
Di dalam klenteng juga terdapat pilar-pilar yang  didesain berukiran naga, sebagaimana di halaman klenteng, terdapat pula sepasang patung singa. Pilar-pilar yang berpasangan ini melambangkan laki-laki dan perempuan (maskulindanfeminis).Yakni manusia diciptakan di dunia selalu berpasang-pasangan.
Sejarah peribadatan di lenteng
Pada tahun 2500 SM, raja tiongkok yang bernama Kwang Tie melaksanakan ibadah di atas bukit dengan menyalakan api, sedangkan rakyatnya mengikuti di kaki bukit,yang dalam sejarah selanjutnya api diwakili oleh lilin dan dupa yang lilin keduanya menjadi simbol ego atas Kwang Tie dalam berdoa dalam segi filosofisnya, bolehlah kita berdoa memilih antara menjadi lilin dan dupa. Lilin yang membakar dirinya namun menerangi sekitarnya atau menjadi dupa yang habis terbakar namunmeniggalkan wangi setelahnya.

0 komentar:

Posting Komentar